Oleh M. Nabil Kalabe’en
Pemerhati Musik Dangdut
“Seni perang yang paling puncak”, demikian kata Tsun Zu [Wu/Zi] , “adalah menaklukkan musuh tanpa bertempur”. Petuah maha guru strategi perang dari Tiongkok yang tercatat dalam bamboo book 25 abad lalu itu seolah merepresentasikan kehendak kuat para Cawapres pada debat ke-4 kali ini. Mereka berhasrat ‘menaklukkan musuh tanpa bertempur’. Dengan strategi, taktik, dan manuver masing-masing, para Cawapres ingin segera menumbangkan lawan-lawannya lebih cepat tanpa harus bersusah payah dalam peperangan.
Menyadari akan hal itu, Gibran yang datang ke arena debat sebagai pemegang juara bertahan, setidaknya dari aspek sensasi, kembali mengajukan pertanyaan jebakan baik kepada Mahfud maupun Muhaimin. Ia berharap, dengan pertanyaan yang demikian lawan-lawannya segera takluk tanpa harus bertengkar lebih lanjut. Namun sebaliknya, jawaban Mahfud dan Cak Imin justru membuat Gibran langsung tumbang setidaknya secara moral, karena menggunakan argumentum ad hominem: “pertanyaan receh” dan “kalau mau tebak-tebakan bukan di sini tempatnya”.
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp DelikNTT.COM
+ Gabung
Tetap Terhubung Dengan Kami:


CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.