iklan

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

iklan
Topik : 

Puisi: Lewotobi Muncrat Tak Iba

Reporter : Jailani Editor: Redaksi

Oleh: Sudarjo Abd. Hamid (Guru, Cerpenis, dan Jurnalis menetap di Lembata)

Lewotobi nan kokoh

Tegak gagah kala menatap

Bak lelaki lamaholot Membusung dada

Gagah perkasa menjulang langit

Tempat berlindung sepanjang kaki

Beradu kasih bercengkraman cinta

Meliuk jalan dari kota reinha

Hingga Boru beradu pamit

 

Amukan ragamu tak bisa kami halau

Jilatan lidah api membakar tapak tumit

Kulit melepuh mata berair

Lemah raga lunglai atma

Oleh geramnya di malam suntuk

Kala lelap tertidur pulas

Hujan batu menerpa atap

Terbongkar pintu terlepas beton

Terkubur raga berdarah jiwa

 

Membumbung jauh abu menari

Membumbung lahar panas membara

Mengoyak sejuta flora fauna

Berlari mencari suaka

Hingga damai hadir bertahta

Airmata derai berurai

Sebuah musibah hadir tak janji

Merenggut atma datang menagih

 

Bala bantuan mulai mampir

Untuk luka yang datang hadir

Dentuman batu panas menampar atap

Debu berserak sulit menatap

Hunian patah tumbang rata tanah

Bergelimang air mata hingga ke rumah inap

Berjejer peti meruncing luka

Mengubur masal flotim berduka

 

Lewotobi muncrat lahar pun tiba

Hilang rasa terkubur iba

Adakah salah dan dosa kami

Wahai… kokoh nan agung….

Kami memohon untuk tidak lagi mengamuk

Kasihilah kami yang berlindung dibawah perutmu

Yang menetap di tapak kekarmu

Kami hidup dari nutrisi sehatmu

Kami tenang oleh kedamaianmu

 

Apa salah serta dosa kami ?

Lupakah kami merawatmu ?

Ataukah kami terlalu pongah

Tak menganggapmu ?

Sehingga Kau begitu murkah kepada Kami ?

 

Jika memang kami sombong

Oleh tangan yang berlumur darah

Oleh tingkah yang tak lagi mesra

Mengoyak kesejatianmu,

Melukai jiwamu

Dari hati yang terdalam

Kami pinta ….

Baca Juga :  Tetap Satu, Walau tak Seirama

untuk teguran yang menyayat ini

untuk pergi berlalu

tak akan hadir kembali.

  • Bagikan