Oleh: Jailani Tong, M.Pd. / Dosen PGMI STAI Kupang
DelikNTT.Com – Secara etimologis kata empirisme berasal dari kata Yunani empeiria atau empeirikos yang berarti pengalaman.
Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai empirisme, di antaranya adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami,pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan,dan bukan akal.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Pengalaman inderawi bersifat parsial. Hal itu disebabkan karena perbedaan indera yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing indera menangkap aspek yang berbeda mengenai sesuatu yang menjadi obyeknya.Hal ini dapat dilihat bila kita memperhatikan pertanyaan seperti: “Bagaimana orang mengetahui es itu dingin?” Seorang empiris akan mengatakan,”karena saya merasakan hal itu atau karena seorang ilmuwan telah merasakan seperti itu”.
Dalam pernyataan tersebut terdapat tiga unsur yaitu yang mengetahui (subyek),yang diketahui (obyek), dan cara dia mengetahui es itu dingin.Bagaimana dia mengetahui es itu dingin?Dengan menyentuh langsung lewat alat peraba.Dengan kata lain,seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai.
John Locke (1632-1704) bapak empiris britania mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Menurutnya,pada waktu manusia dilahirkan akalnya atau pikirannya merupakan sejenis buku catatan yang kosong.Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana.
Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah penginderaan sederhana.Ketika kita makan apel misalnya,kita tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana,yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali,kita akan berpikir bahwa kita sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke sebagai gagasan yang rumit.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.