Topik : 

Seleksi Pemimpin NTT 2024 dan Air Bersih, Sapa Mo Help?

Reporter : Jailani Editor: Redaksi
Subadri
Foto: Muhammad Subadri Jarawadu (Alumni Universitas Muhammadiyah Kupang)

Oleh: Muhammad Subadri Jarawadu (Alumni Universitas Muhammadiyah Kupang )

OPINI, DELIKNTT.COM – Saya optimistis. Pilkada di semua kabupaten/kota dan gubernur NTT tahun ini masih memberi harapan bahwa masa depan rakyat NTT akan lebih baik. Setidaknya lima tahun kedepan.

Tulisan ini sengaja saya awali dengan kesimpulan. Walau saya akui, persentase optimisme itu kecill. Kecil sekali. Itu karena realitas kita selama dipimipin oleh figur pilihan mayoritas masyarakat melalui Pilkada langsung tetapi pertumbuhan kita merangkak lambat.

Kita terus membuat simulasi tentang sosok tepat yang ideal menuntun NTT menuju masyarakat sejahtera. Kita juga sudah mencoba menempatkan pemimpin dengan karakter berbeda. Ada yang datang dengan latar belakang birokrat dengan karakter teknokratik. Kita juga sudah menguji coba menempatkan pemimpin berkarakter ceplas-ceplos, menerabas kebekuan. Tetapi kita tetap begini. Rasanya, dua karakter ini tidak hanya melekat pada pribadi gubernur, tetapi juga bupati dan walikota di NTT.

Saya tidak hendak berteori tentang kepemimpinan ideal. Karena google menyediakan segudang jawaban untuk keperluan itu dan siapa saja bisa searching itu di gadget masing-masing. Tetapi, saya berangkat dari masalah-masalah kecil yang bersinggungan langsung dengan keperluan masyarakat sehari-hari.

Misalnya saja soal air bersih perpipaan ke rumah-rumah warga. Saya belum menyebut hal-hal yang agak besar. Misalnya perbaikan pasar tradisional, modernisasi sistem retribusi. Masih berat dan butuh effort lebih untuk memimpikan perbaikan itu.

Cukup soal air bersih perpipaan. Karena itu terbilang sepele untuk dibenahi. Hanya butuh sikap peduli, care, peka dengan keadaan diluar pagar rumah-rumah dinas para pemimpin. Air bersih perpipaan adalah warisan masalah turun temurun para pemimpin. Tidak pernah selesai. Jangan tanya saya sudah berapa lama. Tanyakan saja kekasih atau mantan kekasih anda di kota sebelah, kecamatan sebelah, desa sebelah atau di kampung sebelah.

Tangan anda saat ini pasti sedang menggenggam handphone. Hubungi mereka. Tanyakan dengan jujur. Semoga anda tidak ikut menundukan kepala mendengar jawaban kekasih atau mantan kekasih anda. Itu hal itu sepele. Alih-alih dibenahi, diperbaiki, ditata ulang, malah jadibeban turun temurun yang dihadapi masyarakat NTT.

Simak dan segera saya terangkan

  • Bagikan