Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Mujiman Vs Adi Hidayat: Studi Prilaku Keberagamaan Warga Muhammadiyah

Reporter : Jailani Editor: Redaksi
FB IMG 1734061116759

Oleh: Nurbani Yusuf (Komunitas Padhang Makhsyar)

Secara tampilan: 

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website?  Klik Disini!!!

Mujiman merepresentasi kesederhanaan, kepolosan, dai (tarkam) antar kampung dari langgar ke mushala atau masjid-masjid sederhana milik Muhammadiyah.

Ustadz Adi Hidayat menyimbolkan intelektualitas, dari institut ke kampus, jamaahnya kaum terdidik dan terpelajar, kalangan elite dan kelompok kelas atas lainnya.

Secara pemikiran 

Mujiman merepresentasi puritanisme. Ideologis. Eksklusif. Menampilkan originalitas, merawat otentitas generik. Sebagian yang tidak suka menyebutnya jumud atau stag.

Adi Hidayat menawarkan dinamisasi pemikiran, inklusif, pemberontakan atas kejumudan, moderasi, intelektualitas, dengan sumber-sumber referensi yang terbuka maka sebagian yang tidak suka menyebutnya sebagai liberal.

Diantara keduanya siapakah yang mujtahid ? Pertanyaan mendasar dan tak perlu dijawab apalagi jika bermaksud mengkomparasi keduanya dengan takaran yang tidak baku hasilnya sudah pasti bias.

Saya bukan muttabi’ apalagi mujatahid, saya hanya muqallid. Beberapa saya taqlid pada pendapat ustadz Mujiman beberapa saya taqlid pada ustadz Adi Hidayat.

Dengan tidak saling merendahkan kedua ulama besar itu. Saya hanya hendak melakukan studi prilaku keberagamaan warga Muhammadiyah.

Realitasnya, Model keberagamaan jamaah Muhammadiyah adalah kolektif kolegial- bahkan fatwa-fatwa tentang selisih paham keberagamaan juga diputus secara jamaai. Sebab itu Muhammadiyah tak ada ulama populair secara individual.

Baca Juga :  Bacaan dan Tata Cara Salat Jenazah Muhammadiyah
Disclaimer:
Artikel Ini Merupakan Kerja Sama DelikNTT.Com Dengan Nurbani Yusuf. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Nurbani Yusuf.
  • Bagikan