DELIKNTT.COM – Muhammadiyah menganut prinsip pahala terputus (kecuali tiga), sedang Nahdlatul Ulama menganut pahala tidak terputus — Muhammadiyah menganut prinsip bahwa setiap orang mendapatkan pahala amal hanya dari apa yang diusahakannya sendiri, sedang Nahdlatul Ulama menganut prinsip bahwa pahala amal bisa didapat dari usaha sendiri ditambah dengan kerja kolektif dan tanggung renteng sesama mukmin.
Ini memang soal klasik dan keduanya jelas saling membantah, bagi Muhammadiyah nilai amal hanya dihitung dari hasil kerja individual bukan kolektif, jadi jangan harap ada kiriman doa dan pahala dari keluarga dekat, tetangga sebelah rumah atau temen seperjuangan setelah meninggal kelak. Karena semua sudah terputus.
Maka pertanyaan mengemuka: benarkah cara beragama Muhammadiyah sangat indvidualistik ? Bahkan cenderung egois sebab apapun amal yang dilakukan cenderung berpulang pada dirinya sendiri. Sekencang apapun pahala dikirm tidak bakalan sampai demikian keyakinan tertanam.
Yaitu perbuatan perbuatan individual yang diperuntukkan bagi banyak orang. Prinsip prinsip puritanisme di kalangan santri Muhammadiyah memang melahirkan ghirah, semangat kompetitif, egaliter dan menghapus kelas agama.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.