Topik : 

Kisah Mauritz Geradus Winokan, Bupati Ende Kedua

Reporter : Jailani Editor: Redaksi
457886799 9117126474980926 8906012428509321737 n
Gambar: Mauritz Geradus Winokan bersama istrinya, Anna

Oleh: Sonny Pellokila

OPINI, DELIKNTT.COM – Mauritz Geradus Winokan diangkat sebagai Penjabat Bupati Kabupaten Ende yang pertama pada tanggal 14 Desember 1958. Winokan menjadi Bupati Ende Kedua pada tahun 1961 setelah berhasil melewati ujian pencalonannya.

Winokan adalah seorang pemimpin populis yang menghadapi tantangan untuk mengintegrasikan dua wilayah etnolinguistik Ende dan Lio menjadi satu kesatuan politik. Ia memelopori pembentukan enam kecamatan atau kecamatan pertama di Kabupaten Ende: Nangapanda, Detusoko, Ende, Ndona, Wolowaru, dan Magekoba. Prioritas lainnya adalah pendidikan anak-anak setempat dan peningkatan jumlah sekolah. Winokan juga menyadari bahwa tiga danau kawah Kélimutu dapat menjadi fondasi industri pariwisata setempat.
Namun, upaya pembangunan Winokan di Kabupaten Ende terganggu oleh peristiwa G30s/PKI di Jakarta dan pembantaian sistematis terhadap oposisi Komunis yang sangat besar tetapi sebagian besar tidak bersenjata, yang saat itu merupakan partai Komunis non-penguasa terbesar di dunia.

Tidak mungkin untuk mengetahui sejauh mana dukungan PKI di Ende atau di seluruh Flores , tetapi kemungkinan besar berada pada tingkat yang sangat rendah dibandingkan dengan Jawa. Meskipun demikian, banyak pemimpin Katolik percaya bahwa ada cabang-cabang PKI di komunitas Muslim kota Ende dan di beberapa desa tetangga tempat Islam kuat (Webb 1986). Pada awal tahun 1966, tentara nasional Indonesia memulai perburuan terhadap komunis di seluruh NTT. Komandan tentara Jawa di Ende, seorang Muslim yang taat, memerintahkan kaum muda Katolik dan Muslim untuk bergabung bersama untuk membunuh semua komunis yang diketahui atau diduga komunis. Namun, terlepas dari sikap anti-komunisnya, pemimpin Katolik mengambil sikap tegas terhadap pembunuhan semacam itu. Uskup Agung Gabriel Manek SVD yang sangat dihormati mengutuk seluruh peristiwa itu, membiarkan komandan mengandalkan prajuritnya sendiri untuk memimpin pembersihan (Webb 1986).

Disclaimer:
Artikel Ini Merupakan Kerja Sama DelikNTT.Com Dengan Sonny Pellokila. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Sonny Pellokila.
  • Bagikan