Pada hari ketiga sesuai kesepakatan, kedua orang tersebut pergi ke lokasi kontes untuk memeriksa stek yang ditanam oleh mereka berdua. Dari kenyataan di lapangan, Mau Feleama dapat menyatakan bahwa dialah orang pertama yang menemukan air tersebut. Te’e Taililo mengakui hal ini, dengan mengatakan: “Meskipun itu milikmu, itu tetap menjadi milik kita semua selama masih dalam satu klan, dan dalam wilayah Ba’a”. Mau Feleama menjawab: “Saya memiliki ini; oleh karena itu saya akan memberikan persembahan yang tepat kepada orang yang mempunyai kuasa yang telah memberikan sumber air ini, tetapi anda harus membantu saya agar kita berdua memberikan persembahan bersama” melalui suatu ritual. Mau Feleama mendirikan batu persembahan yang disebut “Lutu Oemau” dan setiap tahun upacara besar yang disebut “Limba Oemau” diadakan di sana. Demikian narasi dari cerita legenda tentang kisah Oemau versi kedua.
Kisah selanjutnya menjelaskan bahwa Oemau mengambil namanya dari Mau Feleama yang berarti air Mau (Mau oen), namun pepatah mengatakan bahwa “Oemau itu seperti emas” (lilo) berasal dari nama Taililo. Mau Feleama dan Te’e Taililo sama-sama berasal dari klan Kunak. Air Oemau mengairi seluruh kebun di Ba’a dan luasan sawah basah yang disebut “Lala Ndu Dale”.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.