iklan

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

iklan

Keunikan Bahasa Kedang, Pemaknaan Kata, Majas, dan Sastra yang Dikandungnya: Sebuah Catatan Menyongsong Bulan Bahasa

IMG 20231118 075136 e1730083700539
Gambar: Sudarjo Abd., Hamid, S.PdI (Guru Pada SDN Leuwalang Kec. Omesuri Lembata NTT)

Dari sepenggal  ulasan diatas, rumpun bahasa Kedang sangat berbeda dari pada yang lainnya, tidak ada persamaan, lain dengan yang lain atau tersendiri. Atau dalam arti yang lain bahwa bahasa Kedang menjadi satu-satunya dari jenis tertentu, tunggal, tidak ada yang setara atau sejenis, tak sebanding.

Bahasa Kedang dituturkan oleh orang Kedang sendiri, yang mendiami wilayah Kecamatan Omesuri dan Buyasuri. Orang Kedang dari rumpun bahasa sama, namun ada sedikit perbedaan dalam pelafalan. Hal ini terlihat jelas antara orang Kedang yang berdomisili di wilayah pedalaman seperti, Desa Meluwiting hingga ke Desa Mahal dan yang menetap di wilayah pesisir.

Walaupun berbeda pengucapan diantara tempat domisili, namun pada hakikatnya memiliki makna yang sama. Misalnya kata Pan ( Pergi ) di gunakan oleh orang Kedang di pedalaman.  Sedangkan  di wilayah pesisir, kata “ Pan “  akan berubah menjadi  “ Pang”  dengan arti yang sama, yakni pergi. Contoh lain di pedalaman, misalanya, kata “ O Hen Ma We “ , akan berubah pengucapan, diwilayah pesisir yang  akan menjadi “ O Heng Ma Be” tetap memiliki arti yang sama yakni “Kamu Ambil Datang Ka”. Hal ini menjadi khasanah dan kekayaan bahasa Kedang yang digunakan sehari-hari.

Pemaknaan Kata

Homonim dan sinonim merupakan istilah pemaknaan kata, yang berkitan erat dengan pelafalan  dan pengejaan. Istilah-istilah ini muncul karena adanya kata atau frase yang memiliki makna, lafal dan ejaan yang sama atau berbeda.  Untuk membedakan kata-kata yang memiliki persamaan dalam hal penulisan atau pelafalan namun maknanya berbeda, anda dapat memperhatikan konteks kalimat  secara utuh.

Begitupun pula ada keunikan yang dimiliki oleh komunitas ini adalah, terkait sinonim dan homonim dalam berbahasa. Bahasa Kedang pun mempunyai kata atau frase yang memiliki arti atau makna yang mirip atau sama dengan kata atau frase yang sama. Sinonim bahasa Kedang misalnya,  kata “ Pui’ “ dan “ Woho “  dua kata yang berbeda ini tetapi memiliki arti yang sama yakni tiup. Atau kata “ Peting “ dan “ Uyung “ yang berarti ikat.

Baca Juga :  Pendidikan Kunci Kemandirian Bangsa: Sebuah Refleksi Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia Ke-79

Sedangkan homonim adalah kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi, namun memiliki arti yang berbeda. Contoh, kata “ Ape “ bisa menjadi kata tanya Apa, bisa juga menjadi Kapas. Ataupun contoh yang lain misalnya kata “ Bua“  dapat berarti berlayar bisa juga melahirkan. “ Bongan”  artinya  berkumpul, tetapi  juga menjelaskan tentang anggota badan yang bernama leher. “ Oro” artinya dada, bisa juga menuduh  atau bisa berarti  pohon lontar.

Majas Pleonasme

Majas pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata berlebihan atau berulang, untuk menegaskan  arti suatu kalimat. Kata-kata yang di tambahkan dalam majas pleonasme biasanya berada dibagian keterangan.

Tujuan menggunakan majas pleonasme adalah untuk membuat kalimat terdengar lebih kuat dan jelas. Majas pleonasme juga dapat menciptakan efek humor dan  menarik perhatian pembaca. Dengan kata lain majas pleonasme menggunakan kata mubazir yang sebenarn ya sudah jelas dan tidak perlu.

  • Bagikan