Kesederhanaan Paus Ditengah Gelimang Para Dzuriah

Reporter : Jailani Editor: Redaksi
paus

Oleh: Nurbani Yusuf (Komunitas Padhang Makhsyar)

OPINI, DELIKNTT.COM – Mungkin yang dimaksud Rajanya Para dzuriah Sayidina Ali: Hikmah adalah harta terbaik kaum mukminin. Jika hilang dari kalangan mukminin ambilah hikmah meski dari kakangan munafiq.

Tahun 1989 Paus Paulus Yohanes II datang berkunjung, Pak AR Fakhrudin Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah organisasi kaya tapi tetap sederhana, zuhud dan wara, tinggal di rumah kontrakan bersurat kepada Sri Paus tentang aqidah umat Islam dan kerukunan bergama serta kegelisahan Pak AR tentang Krestenisasi yang dilakukan dengan cara menipu.

Tapi sekarang sungguh sangat berbeda, kedatangan Sri Paus seakan mengingatkan kembali kepada para agamawan dan para ulama yang hidup dalam kemewahan, gelimang harta, sanjung puji, hingga kesenangan duniawi berupa perempuan dan kedudukan. Memuja nasab, merendahkan yang bukan dari keluarganya bahkan menebar dongeng khuarafat berbau syirik untuk eksploitasi umat, sungguh menyedihkan.

Kunjungan Sri Paus seakan hendak menyadarkan bahwa cinta dunia, membanggakan nasab, takut mati adalah sesuatu yang harus di enyahkan sebagai penyebab kalah. Pungutlah hikmah meski dari kalangan munafiq adalah nasehat bagus.

Jam tangan seharga 8 dolar atau setara 140 ribu perak, menumpang mobil inova: Paus Franseskus pemimpin agama Katholik tertinggi sekaligus kepala negara vatikan yang kecil makmur dan kaya raya itu terlihat kian elegant sebagai Bapa.

Kesederhanaan, kesahajaan, murah senyum, memberkati, mendoakan dalam kebaikan menerima segala kekurangan adalah ciri khas para Paus. Sejauh yang saya tau, para Paus itu punya kepribadian menarik, lembut tutur katanya, wajahnya manis seperti rembulan, jalannya anggun dengan jubah putih dililit karisma yang sangat kuat.

Fungsinya sebagai BAPA itu pula yang menyebabkan posisinya kadang kontroversi — anak-anaknya bukan hanya orang baik atau alim saja tapi juga sesiapapun yang berada dibawah asuhnya yang kurang baik, juga anak anak dibawah asuhnya : pelacur, pencuri bahkan pembunuh berada dalam dekapnya. Mereka semua diberkati agar bertobat kembali ke jalan Tuhan.

Paradoks memang, dengan sekelompok keluarga yang mengaku paling suci tapi tutur katanya kasar seperti kenalpot bocor, jubahnya menjuntai budinya rendah, culas suka merendahkan dan merasa hanya keluarganya yang bisa menyelamatkan, mengaku bisa memadamkan api jahanam, memberi syafaaat, 70 kali pergi pulang ke langit dalam semalam. Mobil mewah puluhan milyar berjejer di garasi. Berjalan mendongak dengan jubah dan tongkat di atas derita pribumi yang di ambil dan diperas hartanya dengan alasan suci, sungguh menyedihkan.

Bukankah Nabi Saw tak pernah kenyang selama tiga hari berturut turut. Perutnya di ganjal tiga batu untuk menahan lapar yang sangat. Beliau menumbuk gandum dan makan dengan roti dari tepung kasar. Pipinya lebam karena bekas daun pelepah kurma sebagai alas tidurnya.

Sayidina Umar ra menitikkan air mata dan berkata: ya Rasulullah bukankah anda adalah pemilik kunci kunci perbendaharaan dunia — keluh nya tak tahan melihat kondisi nabi junjunganya hidup dalam kesahajaan. Ghanimah dah harta fai berlimpah, para sahabat yang dulumya miskin sekarang berkecukupan namun demikian, di rumah nabi saw kadang sebulan penuh tidak ada api yang menyala padahal kedermawanan beliau saw tidak pernah putus: bersedekah, memberi hadiah dan hibah kepada yang membutuhkan.

Kesederhanaan dan kesajaan para pemimpin agama urgent dibutuhkan ditengah gelimang harta dan kemewahan para pilitisi para saudagar para pemimpin dan negarawan.

Pungutlah hikmah meski dari kalangan munafiq — Allah taala berfirman:

‘Pasti akan kamu dapati orang-orang yang sangat keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.

Dan pasti akan kamu dapati orang-orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesunguhnya kami adalah orang-orang Nasrani”. Yang demikian itu karena diantara mereka terdapat para pendeta dan para rahib, juga karena mereka tidak menyombongkan diri”, (Al-Maidah:82).

Disclaimer:
Artikel Ini Merupakan Kerja Sama DelikNTT.Com Dengan Nurbani Yusuf. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Nurbani Yusuf.
  • Bagikan