Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Topik : 

Harmoni Multikultural: Toleransi Umat Beragama di Kupang – Bagian Ketiga

Reporter : Jailani Tong Editor: Redaksi
majid mutaqin kupang 1
Gambar: Masjid Almuttaqin Kupang yang berdampingan dengan gereja. Masjid ini menjadi ikon sekaligus bukti toleransi warga Kota Kupang.

Oleh: Jailani Tong, M.Pd / Aktivis Muhammadiyah NTT

DelikNTT.Com – Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya. Pada tulisan yang kedua, penulis telah menjelaskan beberapa hal penting terkait dengan toleransi umat beragama di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Beberapa di antaranya, yaitu dukungan pemerintah Kota Kupang dalam menjaga toleransi antar umat beragama dan juga contoh kongkret toleransi yang terjadi di Kota Kupang, sebagaimana yang terjadi antara Gereja Huria Kristen Batak Protestan dan Masjid Al-Mutaqqin yang saling berbagi termpat parkir.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Ingin Punya Website?  Klik Disini!!!

Membangun dan membina hubungan toleransi di antara umat beragama di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, tidak hanya menjadi tanggung jawab tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda, pihak keamanan, dan pemerintah, akan tetapi, menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat, termasuk lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga toleransi antara umat beragama. Toleransi adalah sikap menghargai perbedaan dan memperlakukan orang lain dengan baik meskipun mereka memiliki keyakinan agama yang berbeda. Dalam konteks hubungan antarumat beragama, lembaga pendidikan memiliki beberapa peran penting dalam mempromosikan dan menjaga toleransi.Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam kaitannya dengan toleransi, yaitu:

Pertama, pendidikan nilai-nilai toleransi: lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam memberikan pemahaman kepada anak didik terkait dengan sikap toleransi antarumat beragama. Anak-anak perlu mengetahui dan sekaligus memahami, bahwa di luar sana terdapat banyak agama yang menjadi kepercayaan masing-masing orang yang perlu kita hargai dan juga hormati. Salah satu bentuk menghargai dan menghormati perbedaan tersebut adalah tidak mencampuri urusan agama orang lain dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut.

Baca Juga :  Simon Petrus Kamlasi Jenguk Korban Erupsi Gunung Lewotobi di RS WZ Johannes

Kedua, kegiatan kolaboratif: Lembaga pendidikan perlu mengupayakan kegiatan-kegiatan di sekolah berbasis proyek kolaboratif yang melibatkan seluruh siswa dengan latar belakang suku, budaya, dan agama. Misalkan, diskusi kelompok toleransi yang membahas isu-isu sosial yang berkaitan dengan toleransi, seperti stereotip, diskriminasi, atau rasa saling takut. Maksud dari diskusi tersebut yaitu membantu siswa untuk memahami perspektif yang berbeda dan sekaligus siswa dapat mencarikan solusi atas suatu persoalan yang sedang dibahas. Selain proyek diskusi kolaboratif, lembaga pendidikan juga dapat menggelar proyek kolaboratif lainnya, seperti pentas toleransi yang bertujuan untuk memberikan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan menjaga toleransi.

Pada intinya, kehadiran lembaga-lembaga pendidikan harus menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kesadaran tentang keberagaman, pentingnya toleransi, dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut kepada siswa, sehingga, tertanam dan menjadi satu kebiasaan yang terus dipegang hingga dewasa dan siap bersosialiasi di lingkungan yang lebih luas.
  • Bagikan