Topik : 

CATUR DAN RAJA YANG TERDESAK

Reporter : JT Editor: Redaksi
images 2

Oleh: Prof. Ma’mun Murod Al-Barbasy

(Rektor UniversitasMuhammadiyah Jakarta)

DelikNTT.Com – Anda pernah bermain catur? Atau setidaknya menonton orang bermain catur ? Insyaallah pasti pernah melakukan salah satunya.

Kalau anda perhatikan dengan seksama permainan catur, ada filosofi yang cukup menarik terkait masalah kepemimpinan lho.

Dalam permainan catur, gerak Sang Raja itu sangat terbatas. Sang Raja hanya boleh bergerak selangkah ke depan, belakang, samping kanan atau kiri. Tak boleh bergerak melebihi satu langkah. Sementara para bidak, benteng, kuda, gajah, dan terutama menteri boleh bergerak melebihi pergerakan Sang Raja.

Kenapa demikian? Karena Sang Raja harus dijaga kewibawaannya. Sang Raja tak boleh bergerak seenak dan sesukanya sendiri. Gerak Sang Raja harus sejalan dengan aturan dan etika. Karena dalam diri Sang Raja melekat harga diri (marwah) Kerajaan.

Lazimnya dalam permainan catur, para bidak akan selalu maju untuk dikorbankan terlebih dahulu dalam setiap penyerangan atau menerima serangan. Bidak yang masih hidup hingga pertempuran selesai hanya karena keberuntungan saja.

Sembari bidak dikorbankan, melakukan atau menerima serangan, maka benteng, kuda, gajah, dan menteri akan ramai-ramai membentengi atau mengamankan kedudukan, posisi atau tahta Sang Raja. Pokoknya tugasnya adalah memastikan sebisa mungkin agar Sang Raja tidak tersentuh oleh serangan musuh sama sekali.

  • Bagikan